Merek ponsel lokal Cross berencana untuk keluar dari Indonesia. Merek ini mau menyasar negara-negara Asia Tenggara. Demi mewujudkan hal itu, PT Aries Indo Global (AIG), selaku perusahaan pemegang merek, melakukan sejumlah gebrakan. Salah satunya adalah mengubah merek dari Cross menjadi Evercoss.
perusahaan pun punya tema tersendiri dalam melakukan perubahan tersebut, yakni X-Morphosis. “X-nya sendiri mewakili Cross. Jadi, Cross bermetamorfosa jadi Evercoss,” terang Janto Djojo, Chief Marketing Officer Evercoss, di Jakarta, Jumat (20/9/2013).
Dalam kehidupan, termasuk dalam hal bisnis, perubahan pasti ada atau harus terjadi. Itu harus dihadapi demi bisa bertahan di dalam suatu lingkungan. Inilah yang coba ditunjukkan oleh AIG, sebagai salah satu pemain di industri ponsel. “Kalau tidak berubah kami jadi stagnan,” terangnya.
AIG sendiri mengklaim telah sukses memasarkan ponselnya di Tanah Air. “Menurut catatan Kementerian Perdagangan, tahun kemarin, kami berhasil menjual sekitar 16 juta unit. Ini melampaui jumlah yang dijual merek lain,” ujar Edward Sofiananda, Direktur Evercoss, dalam kesempatan yang sama. Kalau dihitung per bulan, penjualan ponsel berkisar 1-1,5 juta unit.
Namun, produk ponsel AIG bukan dibuat di Indonesia, melainkan di China. Sekarang, perubahan besar sedang dijalankan oleh perusahaan. Pertama, merek berganti menjadi Evercoss. “PT Aries Indo Global, hari ini, resmi dulu memiliki Cross dengan penjualan nomor satu di Indonesia, saat ini resmi berubah nama jadi Evercoss dengan slogan baru go international,” Janto menambahkan.
Dikatakan dia, AIG memang mau menyasar pasar internasional, khususnya kawasan Asia Tenggara. Tetapi, nama Cross ternyata tidak bisa digunakan karena di beberapa negara, merek itu telah digunakan oleh produk lain. Karena itu, merek Evercoss pun dipatenkan di sepuluh negara ASEAN.
Setelah itu, perusahaan pun sedang membangun pabrik ponsel di Semarang. Pabrik seluas 8 hektar ini adalah pabrik ponsel pertama di Indonesia yang akan beroperasi awal tahun depan. “Saat ini sedang proses membangun pabrik ponsel seluas 8 hektar,” tutur Janto.
Di sebelah pabrik tersebut bahkan sudah disiapkan tanah seluas 5 hektar untuk jaga-jaga bila perusahaan mau ekspansi.
Investasi yang dikucurkan perusahaan untuk membuat pabrik itu sekitar Rp 1 triliun, di mana perbankan sebagai salah satu sumber dananya (50 persen).
Hingga saat ini, investasi yang telah dikucurkan mencapai 30 persen dari jumlah tersebut. “Kapasitas pabrik tahap awal kami persiapkan 10 line produksi, dengan jumlah sekitar 500-600 ribu unit per bulan,” Edward menerangkan. Dengan jumlah itu, artinya, AIG masih akan tetap mengimpor ponsel dari luar untuk memenuhi angka penjualan, yang mencapai angka 1,5 juta unit per bulannya.
“Dari 1,5 juta sekitar 200-300 ribu unit akan diekspor,” tandas dia. (EVA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar